Selasa, 30 Oktober 2018

LDKS

Siswa merupakan bagian dari pemuda penerus cita-cita bangsa, karenanya kita harus mendidiknya dengan baik, memberikannya pendidikan terbaik dalam rangka menyiapkan mereka menuju masa depan yang gemilang sehingga mampu menjadi tonggak kemajuan bangsa.
LDKS mencetak generasi muda yang berkarakter merupakan sebuah bentuk kegiatan yang bertolak ukur kepada peningkatan sumber daya peserta untuk mendalami dan memahami tentang konsep-konsep atau dasar-dasar sebuah organisasi di sekolah, seperti Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) atau kepramukaan. LDKS ini bertujuan untuk Menanamkan jiwa kepemimpinan, kemandirian, dan keteladanan kepada siswa.
Berbagai tantangan yang dihadapi oleh setiap individu maupun kelompok tentunya memiliki sifat membangun karakter mereka ke arah yang positif. Beberapa kegiatan-kegiatan diantaranya  adalah games dan PBB.
Pembinaan dirancang sedemikian rupa oleh Pembina OSIS sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Setelah kegiatan LDKS selesai biasanya diadakan pelantikan, melalui LDKS bagi siswa atau mahasiswa diharapkan mampu menjadi pemimpin yang tangguh dan terus mengembangkan inovasi dan kreativitas guna menggapai cita-cita mereka dimasa depan.

Selasa, 23 Oktober 2018

Generasi Z Dalam Menghadapi Sumpah Pemuda

Ketika era media sosial dan banjir informasi melanda semua kalangan saat ini, komitmen dasar persatuan bangsa yang diucapkan dalam bentuk Sumpah Pemuda bisa menjadi pijakan untuk menghadapi ekses negatif dari kemajuan teknologi dan penyebaran informasi.
Ikrar untuk membangun satu Tanah Air, berbangsa satu dan memiliki bahasa persatuan masih relevan untuk menghadapi masalah kekinian seperti penyebaran berita bohong (hoax) dan juga maraknya ujaran kebencian yang mempengaruhi relasi sosial antaranggota masyarakat.
Pendapat seorang jurnalis muda, Annisa Harjanti (23) mungkin bisa mewakili bagaimana generasi milenial dan generasi Z memandang ikrar yang diucapkan pada 1928 itu selalu relevan dengan masalah yang dihadapi bangsa Indonesia dari jaman ke jaman.
Bagi Annisa, bila merujuk kembali pada isi sumpah pemuda sebenarnya isi dari ikrar tersebut bisa menjadi modal kuat untuk mempertahankan dan melindungi persatuan bangsa dari berbagai rongrongan yang ada.
Pandangan yang sama juga disampaikan Rangga Kosala (22), mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara yang menilai meski sumpah pemuda diucapkan puluhan tahun yang lalu, namun anak muda saat ini tetap bisa memaknainya sebagai sebuah komitmen persatuan.
Ketika penyebaran berita bohong dan penggunaan ujaran kebencian marak terjadi di masyarakat, Rangga mengatakan seharusnya dengan penggunaan teknologi kekinian, orang muda bisa berperan mencegah dampak merusak dari perkembangan teknologi informasi tersebut.
Bagi Rangga, generasi seharusnya aktif menumbuhkan kesadaran persatuan dan nilai kebangsaan dengan memanfaatkan perangkat teknologi yang ada saat ini. Gawai, internet dan berbagai macam “tools” yang akrab digunakan oleh anak muda, bisa menjadi senjata yang ampuh untuk merajut persatuan dan bukan alih-alih menggunakannya sebagai penyebar kebencian dan berita bohong.
Sepakat dengan Rangga, Annisa juga menilai penggunaan perangkat komunikasi berbasis teknologi informasi efektif sebagai sarana untuk menggalang pemahaman tentang nilai kebangsaan dan persatuan. Tak hanya menggunakan perangkat digital, generasi muda juga harus mengembangkan pemikirannya dengan terus mengkonsumsi pengetahuan berbasis kemauan membaca.
Tanpa budaya literasi maka landasan pengetahuan yang digunakan untuk menyebarkan informasi yang benar dan memfilter informasi yang salah tidak akan kuat. Kemauan untuk membaca dan melakukan pengayaan pengetahuan menjadi hal yang penting saat ini.

Selasa, 02 Oktober 2018

Sejarah Batik Indonesia

Batik memiliki sejarah panjang, di mana setiap corak atau motifnya mengandung filosofi atau makna yang begitu kental dengan nilai-nilai kehidupan. Batik berasal dari bahasa Jawa “ambhatik”, dari kata “amba” yang berarti lebar, luas, kain; dan “titik” atau “matik” yang artinya menghubungkan titik-titik menjadi gambar tertentu pada kain yang luas atau lebar.
Dalam bahasa Jawa, batik ditulis “bathik”. Dengan demikian, pengertian batik adalah seni lukis di atas kain dengan menggoreskan malam (lilin) pada alat bernama canting. Kerajinan batik di Tanah Air dipercaya sudah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit, kemudian meluas ke berbagai daerah dan khususnya ke Pulau Jawa setelah akhir abad ke-18 atau awal abad ke-19.
Walaupun nama batik berasal dari bahasa Jawa, teknik batik diduga berasal dari Mesir Kuno atau Sumeria lebih dari 1.000 tahun lalu. Teknik serupa batik juga merambah Tiongkok, India, Jepang, Afrika, dan Senegal ribuan tahun lalu, hingga ke Indonesia.
Batik merupakan karya seni tinggi warisan leluhur yang sudah menjadi identitas bangsa Indonesia. Dalam perjalanannya, orang yang berjasa mempopulerkan batik kepada dunia adalah Presiden RI ke-2 Soeharto yang saat itu mengenakan batik ketika menghadiri Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).




Sumber : https://www.google.co.id/amp/s/www.cermati.com/artikel/amp/selamat-hari-batik-nasional-ketahui-dulu-sejarah-batik-dan

Kamis, 26 Juli 2018

Agus Salim

        Haji Agus Salim (Mashudul Haq) was one of Indonesia's founding fathers and prominent diplomats. He played a leading role in the creation of the Indonesian constitution in 1945 and served as Indonesia's Foreign Minister between 1947 and 1949.
Salim was born in Kota Gadang, Agam, West Sumatra to Sutan Muhammad Salim, a court official, and Siti Zaenab on October 8, 1884. His father was a prosecutor (called hoofd djaksa) in Riau High Court and once received the highest civilian medal from Queen Wilhelmina.
In 1915, he joined Sarekat Islam under Tjokroaminoto's leadership and soon became second in command. Salim and Tjokroaminoto became known as the Dwi Tunggal due to their close cooperation. Salim later replaced Tjokroaminoto after Tjokroaminoto's death in 1934.
Salim has been described as the "Grand Old Man of the Indonesian Independence movement and veteran leader of Indonesian Islam". Soekarno described him as a "intellectual ulama", a leader combining Islamic science and Western teachings. Mohammad Hatta, called the Arabic de jure recognition of Indonesian independence Salim's greatest contribution to Indonesia.
Salim was also a member of the Indonesian delegation to the United Nations Security Council session at Lake SuccessNew York under Prime Minister Syahrir. During his political career, he served as foreign minister during Sjahrir II CabinetSjahrir III CabinetAmir Sjarifuddin I CabinetHatta I Cabinet, and Hatta II Cabinet.
Agus Salim died 27 days after his 70th birthday, on November 4, 1954. He then buried in Kalibata Heroes Cemetary in Jakarta, thus becoming the first person to be interred there.
He was posthumously declared a National Hero of Indonesia in 1961. He also received the Satyalencana Peringatan Perjuangan Kemerdekaan on May 20, 1961 and the Bintang Mahaputera (level I) on August 17, 1960. One of the main roads in Jakarta is named after him.